Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH), merupakan salah satu polutan atmosfir yang sangat
berbahaya yang terdiri dari beberapa cincin aromatik yang bergabung membentuk
suatu senyawa dan tidak mengandung atom-atom lain atau tidak memiliki
substituen pada cincin aromatiknya. Naftalena merupakan contoh PAH yang paling
sederhana. Senyawa PAH banyak ditemukan dalam minyak bumi, batu bara, dan
aspal, serta merupakan hasil samping dari pembakaran bahan bakar (baik itu
bahan bakar fosil maupun biomass). PAH juga ditemukan dalam makanan-makanan
yang diolah dengan cara dibakar, dipanggang, ataupun digoreng. Beberapa
penelitian telah menunjukkan tingginya kadar PAH pada daging yang diolah pada
suhu tinggi, seperti dibakar atau dipanggang, dan pada ikan asap.
PAH merupakan salah satu polutan organik yang cukup banyak tersebar.
Selain banyak ditemukan di dalam bahan bakar fosil, senyawa PAH juga dihasilkan
dari pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung carbon,
seperti: kayu, batu bara, diesel, lemak tembakau, dan dupa. Pembakaran yang
berbeda akan memberikan hasil yang berbeda juga, baik itu dari jumlah PAH-nya
maupun dari jenis isomer PAH yang terbentuk. Jadi, pembakaran batu bara akan
menghasilkan campuran PAH yang berbeda dari pembakaran bahan bakar motor
ataupun kebakaran hutan, sehingga kandungan PAH hasil dari pembakaran ini dapat
digunakan sebagai indikator dari jenis pembakaran yang terjadi.
Sebagai
polutan, senyawa PAH ini cukup mengkhawatirkan karena beberapa senyawa PAH
telah diidentifikasi sebagai senyawa karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik. Karena
sifatnya yang lipofil dan karsinogenik, maka pencemaran HPA di lingkungan
terutama dalam makanan tidak boleh dianggap ringan. HPA dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui berbagai cara antara lain terhirup bersama dengan
respirasi, terabsorpsi melalui pori-pori kulit dan masuk bersamaan dengan
makanan-minuman yang dikonsumsi.
Senyawa ini dapat menghasilkan tumor pada tikus dalam
waktu yang sangat singkat meskipun hanya sedikit yang dioleskan pada kulitnya.
Hidrokarbon karsinogenik ini tidak hanya terdapat pada tar batu bara, melainkan
juga pada jelaga dan asap tembakau dan dapat terbentuk dalam daging baker. Efek
biologisnya telah diketahui sejak lama, yaitu sejak 1775, ketika jelaga didefinisikan
sebagai penyebab kanker zakar para pembersih cerobong. Kejadian kanker bibir
dan jantung juga dijumpai pada pengisap rokok.
Cara karsinogen ini menyebabkan kanker sekarang sudah
mulai terungkap. Untuk mengeliminasi hidrokarbon, tubuh mengoksidasinya agar
lebih larut dalam air, sehingga lebih mudah diekskresikan. Produk oksidasi
metabolik tampaknya merupakan penyebab utama kanker. Contohnya, salah satu
karsinogen yang paling kuat dari jenis ini adalah benzo[a]pirena. Oksidasi
enzimatik mengonversinya menjadi diol-epoksida. Diol-epoksida ini kemudian
bereaksi dengan DNA sel, menyebabkan mutasi yang akhirnya mencegah sel
bereproduksi secara normal.
Environmental Protection Agency (EPA) menetapkan
16 jenis HPA yang berbahaya dari 100 jenis HPA yang telah diketahui.
Keenambelas senyawa tersebut adalah asenaftena, benzo(a)antrasena,
benzo(a)pirena, benzo(b)fluorantena, benzo(k)fluorantena, benzo(g,h,i)
perilena, krisena, fluorantena, fluorena, indeno(1,2,3-cd)pirena, naftalena,
fenantrena dan pirena. Dari keenambelas jenis tersebut, benzo(a)pirena
merupakan komponen yang paling toksik, sehingga batas maksimumnya dalam makanan
tidak boleh lebih dari 10 ppb
Selain bersifat karsinogenik yang berdampak pada kesehatan manusia,
senyawa PAH ini juga memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Senyawa PAH
ternyata juga menjadi salah satu penyebab rusaknya lapisan ozon. Senyawa PAH
yang menjadi polutan di atmosfir akan teroksidasi oleh adanya sinar UV. Akibatnya
senyawa-senyawa tadi akan membentuk senyawa yang bersifat radikal bebas yang
akan menyerang lapisan ozon sehingga mengakibatkan terjadinya lubang pada
lapisan tersebut.
REFERENCE:
0 comments:
Post a Comment